BERITA-AKTUAL.COM – Bukit Momuluk di Desa Rantau Malam, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, longsor akibat curah hujan tinggi belum lama ini. Akibat longsor tersebut, sungai menjadi keruh hingga saat ini. Dampaknya warga kesulitan mendapatkan air bersih.
Menurut Andreas Toron, warga Desa Nanga Jelundung Kecamatan Serawai, bukit yang longsor lokasinya memang sangat jauh dari pemukiman penduduk. Karena jarak tempuh dari desa terdekat yakni Desa Rantau Malam ke Bukit Momuluk, yakni satu hari berjalan kaki. Bukit Momuluk sendiri masuk dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBR).
“Meski bukit yang longsor jauh dari pemukiman, namun dampaknya sangat dirasakan warga. Karena, longsor membuat air Sungai Serawai menjadi sangat keruh hingga saat ini. Padahal, air sungai tersebut dikonsumsi oleh masyarakat di jalur Sungai Serawai. Seperti Desa Rantau Malam, Desa Nanga Jelundung, Desa Panekasan dan banyak desa-desa lainya,” katanya, Rabu (4/3).
Mengingat saat ini intensitas hujan cukup tinggi, kata Andreas Toron, bukan tidak mungkin longsor akan semakin meluas di bukit tersebut. Namun, ia memastikan tidak ada aktivitas tambang ilegal di bukit tersebut.
Anggota DPRD Sintang dari Dapil Serawai-Ambalau, Zulkarnain mengatakan, longsor Bukit Momuluk terjadi karena curah hujan tinggi. “Ini sudah resiko alam karena curah hujan tinggi. Tidak ada yang menggangu di sana. Jadi, kita tidak perlu menyalahkan siapa-siapa karena itu kejadian alam,” kata Zulkarnain.
Ia mengatakan, Bukit Momoluk masuk dalam kawasan Taman Nasional. “Jadi, saya kira orang Taman Nasional lah yang lebih paham dan tahu kondisi ini,” sambungnya.
Dengan adanya kejadian itu, ia meminta masyarakat waspada. Karena curah hujan tinggi berpotensi mengakibatkan longsor susulan. “Lagipula, longsor yang sekarang merupakan kejadian kedua. Dulu, lokasinya di Tirang Melawai. Habis itu dari Sungai Serawai satu hamparan kayu turun ke sungai. Ikan bahkan sampai naik ke atas akibat limbah tanah longsor yang terbawa ke sungai,” bebernya.
Dengan adanya kondisi tersebut, ia meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) selaku pengelola TNBBR, memberikan warning atau peringatan pada warga. “Saya lebih cenderung meminta mereka agar menyampaikan warning. Karena bersama BMKG, mereka paham dengan kondisi ini. Jika ada yang membahayakan, segera sampaikan pada masyarakat agar tidak timbul korban,” ucapnya.
“Selain itu, diperlukan juga langkah antisipasi untuk membantu masyarakat karena air sungai keruh. Makanya saya minta BKSDA berkoordinasi dengan instansi terkait/OPD lain,” pintanya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sintang, Bernhad Saragih menyampaikan, dirinya sudah berkoodinasi dengan Camat Serawai merespon terjadinya longsor Bukit Momuluk. “Saat ini laporan tertulis memang belum ada. Namun kami sudah komunikasi dengan Camat. Karena Kaban BPBD dengan camat punya grup WA,” bebernya.
Berdasarkan penyampaian Camat Serawai, kata Saragih, Bukit Momuuluk di hulu Desa Rantau malam, longsor minggu pagi. DIperkirakan sekitar jam 10.00 pagi. “Longsor akibat akibat curah hujan tinggi sejak Minggu, 1 Maret 2020. Lokasi longsor kelihatan dari pemukiman terdekat masyarakat, yaitu Desa Jelundung dan Rantau Malam,” kata Saragih.