BERITA-AKTUAL.COM – Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang terus melaksanakan Imunisasi Japanese Encephalitis (JE) sesuai arahan Menteri Kesehatan. Pemberian imunisasi JE tersebut dilaksanakan oleh Puskesmas maupun Posyandu di sekolah serta tempat pelayanan lainya.
Kepala Bidang Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Darmadi mengatakan, imunisasi dilakukan untuk mencegah gigitan nyamuk culex yang membawa virus JE. Virus JE ini membuat penderita mengalami radang otak. Saat ini sudah ada dua kasus yang terjadi di Sintang.
“Pemberian imunisasi JE sudah dimulai sejak September sampai 26 November 2023. Imunisasi berlangsung dua bulan dengan sasaran anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. Imunisasi dilaksanakan oleh Puskesmas atau Posyandu. Pelaksanaan imunisasi JE pertama kali dilakukan di SDN 5 Sintang,” benernya.
Ia mengatakan, imunisasi JE di Kabupaten Sintang ditargetkan mencapai 95 persen. Darmadi mengakui untuk mencapai target ini tidak mudah. Tentunya tergantung pendekatan Puskesmas, pelaksanaan sosialisasi ke guru maupun orang tua
“Kalau di kampung biasanya pelaksanaan imunisasi disambut dengan wellcome, cuma yang di kota ni, biasalah, kan sering membuka sosial media yang bilang ini itu, terus nolak. Ya begitulah. Jadi perlu edukasi lebih,” katanya.
Darmadi menegaskan, imunisasi JE sangat penting untuk mencegah gugutan nyamuk Culex yang bisa menyebabkan radang otak. “Yang harus diketahui, jika nyamuk DBD menggingit pada siang hari, culex ini malam hari. Bahkan nyamuk ini bisa hidup di air kotor, ini yang celaka. Makanya untuk mencegahnya harus ikut imunisasi JE,” jelasnya.
Diungkapkan Darmadi bahwa kasus JE ini pertama kali dideteksi dialami warga yang tinggal di Jalan Kelam, Kabupaten Sintang. Waktu pertama ke rumah sakit, virus ini tidak terdiagnosa karena tidak sampai pada pemeriksaan laboratorium.
“Ketika dirujuk ke Pontianak juga tidak terdiagnosa. Setelah berobat ke Kuching, ternyata terkena Japanese Encephalitis (JE),” ungkap Darmadi.
Menurut Darmadi, kasus tersebut sudah cukup lama. Yang mengalaminya adalah pelajar. “Soal di mana dia terkena gigitan itu, kita tidak tahu. Yang jelas dia tidak pernah kemana-mana karena anak MTSN,” jelasnya.
Kasus kedua, kata Darmadi, terjadi baru-baru ini, tepatnya pada bulan Agustus 2023. Sampelnya diambil dari RSUD Ade M Djoen. “Pasien dinyatakan positif JE pada Agustus kemarin, anak itu juga dirujuk ke Rumah Sakit Sudarso, diagnosa secara klinis adalah TB meningitis. Dan berdasarkan hasil lab Kemenkes, dia meningitis, positif JE,” ungkapnya.