BERITA-AKTUAL.COM – Setelah sempat ditunda karena pandemi COVID-19. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) akan dilaksanakan 9 Desember 2020. Di Kalbar, Kabupaten Sintang merupakan salah satu kabupaten/kota yang menggelar pesta demokrasi tersebut.
Pengamat politik Kalbar, Ireng Maulana menilai, Pilkada Sintang mungkin laga elektoral lokal yang penting di kawasan timur Kalimantan Barat.
Hal ini dikarenakan tiga hal. Pertama, bayang-bayang politisasi etnis akan sangat terasa kelak dalam upaya-upaya pemenangan.
Kedua, proyeksi menjadi daerah sentral dalam pemekaran provinsi baru menjadikan wilayah ini magnet bagi agenda politik kekuasaan dalam beberapa tahun ke depan.
Dan terakhir, komposisi pertarungan yang mungkin akan berhadapan head to head antara petahana melawan bakal calon pasangan hasil ramuan dari koalisi PDI-P dan PAN yang mulai menguat informasinya hari-hari ini.
“Kita lepaskan dahulu prediksi dari lembaga-lembaga survei yang pernah memproyeksikan elektabilitas dan popularitas terhadap beberapa bakal kandidat tertentu di waktu yang lalu. Dalam analisa cepat kita, jika melihat skema head to head, petahana bisa saja sulit untuk mengimbangi pasangan racikan koalisi PDI-P dan PAN,” kata Ireng.
Apa yang disampaikan Ireng bukannya tanpa alasan. Menurutnya, PDI-P memiliki massa pemilih tradisional yang solid di Kabupaten Sintang, selain kandidat yang mereka pasang mempunyai ceruk pemilih yang berbeda di luar massa tradisional PDI-P. “Sedangkan PAN, akan menjadi daya tarik untuk mereduksi ceruk kelompok pemilih milik petahana,” nilai dia.
Ireng menambahkan, pertarungan head to head akan mengkristalkan apa saja dukungan dari kedua belah pihak dan pola pembelahan akan sangat tajam. Perkubuan kelompok pendukung akan mengeras sulit untuk di urai.
Bahkan pencapaian kerja dan prestasi kepemimpinan petahana di 5 tahun terakhir tidak akan laku dan tidak akan diingat dalam kontestasi satu lawan satu ini. Kedua belah kubu akan berkompetisi dengan keberpihakan paling tajam untuk menang.
“Jika memperhatikan kompleksitas upaya pemenangan yang akan terjadi, kita menilai malahan kubu petahana yang belum memiliki cukup persiapan dalam menghadapi laga elektoral selain komposisi parpol yang sudah memberikan dukungan,” katanya.
Jika benar ini nantinya pertarungan head to head, kata Ireng, maka petahana mungkin dapat bergerak cepat melakukan transformasi kerja politiknya. Misalkan segera melepaskan diri dari simbol-simbol kelompok identitas yang selama ini sudah identik dekat dalam kekuasaanya.
“Langkah ini penting untuk bergerak lebih lincah dalam mengatasi pandangan dominasi atas kelompok tertentu dalam kepemimpinannya,” katanya.
Selanjutnya, mungkin dapat mengocok ulang bakal pasangan wakil yang akan diajak bergabung karena akan lebih efektif tetap berpasangan dengan wakil yang lama. Asumsi ini bersandar pada kalkulasi bahwa wakil petahana yang sekarang cukup punya kemampuan untuk mengatasi kerja politik yang akan dilakukan oleh bakal calon Bupati yg disiapkan PDI-P.
“Daya tarung wakil petahana yang sekarang tentu saja akan lebih berlipat karena investasi politik elektoral setelah 2024. Selain itu pengalamannya dalam laga pilkada juga tetap terjaga dan kemampuan bertarung ini mungkin tidak dimiliki oleh bakal calon wakil lainnya yang baru akan belajar ikut pilkada tahun ini,” ucapnya.
Terakhir, bergerak cepat mengkonsolidasi basis pemilih yang selama ini loyal dan selalu memberikan dukungan kepada petahana.