BERITA-AKTUAL.COM – Pandemi COVID-19, memaksa dunia pendidikan melakukan kegiatan belajar mengajar dengan cara berbeda. Jika sebelumnya dilakukan dengan cara tatap muka. Sekarang ini, kegiatan belajar terpaksa dialihkan ke rumah siswa masing-masing secara daring.
Namun, pembelajaran secara daring bukannya tanpa kendala. Karena tidak semua daerah terjangkau akses internet dan jaringan seluler yang lancar. Salah satunya di sejumlah kecamatan perbatasan Sintang, Kalbar, yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Kondisi ini diakui oleh Andi Selviana, Guru Garis Depan (GGD) yang berdinas di SDN 18 Lubuk Kedang, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang ini. Ia mengatakan, untuk menyiasati kendala jaringan internet, guru-guru disekolahnya datang langsung ke rumah-rumah siswa, selama kebijakan belajar di rumah diberlakukan oleh pemerintah.
“Kami guru-guru di SDN 18 Lubuk Kedang, datang ke rumah siswa secara langsung untuk memberikan tugas dan mendampingi siswa,” kata Andi Selviana.
Karena jarak antar dusun lumayan jauh, kata Andi Selviana, kunjungan ke rumah siswa tidak bisa dilakukan setiap hari. Oleh karena itu, kunjungan ke rumah siswa dijadwalkan 3 kali dalam seminggu. Andi Selviana kemudian menjelaskan sulitnya akses yang harus ditempuh.
“Kalau hujan, jalannya becek banget. Walaupun naik motor, aksesnya sulit banget, yang ada kita mendorong motor,” bebernya.
Mengingat kondisi yang cukup sulit tersebut, kunjungan ke rumah siswa dalam satu hari tidak begitu banyak. “Dalam sehari, palig hanya satu sampai lima siswa yang kita datangi secara bergiliran. Kebetulan saya ngajar kelas 6. Jadi, kegiatan belajar sudah selesai. Terakhir ujian sekolah,” jelasnya.
Ia mengakui, kendala mengajar di pedalaman adalah akses dan jaringan internet atau seluler. Namun, ia beryukur semua buku untuk mendukung kegiatan pembelajaran tercukupi.
“Alhamdulillah, sekarang kebutuhan buku tercukupi. Jadi, terbantu juga tugas siswa dengan buku-buku paket yang kita bagikan,” ucapnya.
Saat ini, kata Andi Selviana, akses jaringan internet 4G hanya bisa dipusat desa. Akses 4G itu tidak sampai ke dusun-dusun.
“Kebetulan saya bikin grup pembelajaran di rumah untuk siswa dan orang tuanya yang memiliki gadget. Tapi, dari 25 siswa yang ada, hanya 6 orang yang masuk grup tersebut. Karena ndak ada ada signal sama sekali,” pungkasnya.