Meneteskan Air Mata ketika Mengobrol dengan Bupati

oleh
Bupati Sintang Jarot Winarno berbincang dengan OTG di ruang isolasi Komplek Gedung Serbaguna. Dikesempatan itu, Jarot berbincang sekaligus memberikan support pada OTG 12 tahun raektif rapid test.

BERITA-AKTUAL.COM – Penularan corona yang sudah menjadi pandemi, menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Di Sintang, Kalbar, dua anak berusia 12 tahun, reaktif rapid test setelah pulang dari Temboro, Magetan, Jawa Timur.

Keduanya digolongkan dalam Orang Tanpa Gejala (OTG) dan menjalani isolasi mandiri di Komplek Gedung Serbaguna. Kisah bocah OTG tersebut, dibagikan Bupati Sintang Jarot Winarno melalui instagram-nya @winarnojarot.

“Anak laki 12 tahun, Lebak Ubah, santri Temboro, pun harus melawan Corona. Sempat berlinang airmata ketika kami ajak ngobrol,” tulis Jarot.

Ketika ditemui di isolasi mandiri Gedung Serbaguna, OTG inisial A menjelaskan bahwa dirinya pulang ke Sintang bersama saudaranya dan teman-teman lainnya dari Kalbar. Tiba di Sintang, beberapa hari kemudian dia bersama saudaranya sama-sama menjalani rapid test. Namun, hasil yang diterima A dengan saudaranya berbeda.

“Rapid test pertama saya non reaktif tanggal 23 April. Tes kedua tanggal 2 Mei, hasilnya reaktif. Sedangkan abang saya, non reaktif,” kata A.

Ketika mengetahui hasil rapid test tersebut, ia mengaku kaget, sedih dan menangis. “Respon orang tua, mereka minta saya banyak-bayak berdoa. Kemudian saya menjalani isolasi di sini,” ucapnya.

Selama menjalani isolasi, A mengatakan dirinya tetap berpuasa. Untuk mengisi waktu, dirinya bermain game melalui ponsel dan video call dengan teman-temannya. “Saya puasa terus. Makanan sahurnya sudah disediakan. Kadang, saya juga menghubungi keluarga, minta dibawakan makanan maupun buah-buahan serta air mineral. Mereka (keluarga-red) sering datang ke sini,” beber sambil mengusap air mata.

Sementara itu, Bupati Sintang Jarot Winarno pada Kamis siang (14/5), kembali mengunjugi ruang isolasi mandiri OTG di Komplek Gedung Serbaguna. Dikesempatan itu, ia berbincang dengan kedua bocah OTG berusia 12 tahun untuk memberikan support.

“OTG anak-anak berumur belasan tahun ada dua orang. Dunia anak-anak kan beda dengan kita orang dewasa. Jadi, ketika saya temui, dia menjelaskan bahwa abangnya yang sama-sama dari Temboro, non reaktif rapid tes. Saya datang, saya wawancarai, dia menangis saat itu,” ucap Jarot.

Dikatakannya, untuk OTG yang menjalani isolasi mandiri di komplek Gedung serbaguna, selain ditangani dengan sebaik-baiknya, juga akan diupayakan adanya psikolog. “Kalau bisa harus ada Psikolog. Ini penting untuk membesarkan hati mereka. Bayangkan saja, anak 12 tahun harus menjalani isolasi dan tidak bisa ngapa-ngapain, tentu mereka memerlukan support. Dan memberikan penguatan-penguatan pada mereka,” ucapnya.

“Kemarin, Pak Sinto (Kadinkes Sintang-red) sempat menawarkan layangan agar yang bersangkutan bisa bermain. Tapi dia ndak suka main kelayang,” katanya.

Dikesempatan itu, Jarot kembali mengimbau masyarakat jangan sampai ada stigma pada OTG yang rapid testnya reaktif. “Buat masyarakat, yang penting tidak ada stigma buat mereka. Itu saja sudah cukup. Yang jelas, semua OTG akan ditangani dengan baik,” pungkasnya.

 

No More Posts Available.

No more pages to load.