BERITA-AKTUAl.COM – Kisah miris mengenai pekerja migran atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mengadu nasib di Malaysia, tak ada habisnya. Kali ini, cerita miris itu dialami Aso, pekerjaan migran asal Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Pria berumur 25 tahun ini pulang ke Indonesia saat Malaysia lockdown. Bukan karena takut corona, tapi tidak digaji selama 6 bulan.Karena paspor ditahan oleh perusahaan tempatnya bekerja, ia memilih pulang berjalan kaki melewati hutan belantara tanggal 9 April lalu. Tepatnya melewati perbatasan Malaysia dengan Desa Jasa, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Kalbar.
“Saya bekerja di Serian, negara bagian Serawak. Kontrak kerja dua tahun. Selama bekerja, paspor ditahan. Paspor tidak bisa diambil sebelum kontrak kerja habis. Jika ingin mengambil paspor sebelum kontrak habis, harus membayar 3.000 ringgit,” katanya, Jumat (17/4).
Ia mengatakan, dirinya sempat bekerja memanen sawit. Namun pekerjaan terekhir sebagai supir truk pengangkut batu. Ia dijanjikan gaji 6.000 Ringgit. Tapi, 6 bulan terakhir dirinya tidak pernah mendapatkan gaji tersebut.
“Makanya saya memutuskan pulang ke Indonesia. Apalagi sekarang Malaysia sedang lockdown. Saya pulang ndak bawa apa-apa. Tanpa membawa uang sepeserpun,” katanya.
Ia mengatakan, dirinya pulang ke Indonesia melalui perbatasan Desa Jasa bersama empat temannya. Namun, keberadaan empat temannya tidak diketahuinya hingga kini. Mereka tercerai berai ketika Tentara Diraja Malaysia melakukan patroli perbatasan menggunakan helikopter.
“Ketika melihat ada patroli helikopter Malaysia, kami langsung terpisah. Mereka berempat lari, sementara saya sembunyi di pohon besar. Setelah helikopter kembali, saya lanjutkan berjalan sekitar 1 jam. Kemudian menemukan Pos Satgas Pamtas Desa Jasa,” beber pria asal Desa Tanah Mea, Kecamatan Banawa Selatan ini.
Sesampainya di Pos Satgas Pamtas, Aso mengaku sempat ditanyai dan diperiksa. Namun, ia dengan jujur mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki dokumen resmi karena paspornya ditahan. Sementara indentitas lain seperti KTP dan SIM, hilang di tempat tinggalnya tepatnya di Bintulu.
“Saya sempat diperiksa di Pos Pamtas. Setelah itu saya dibolehkan turun ke kampong. Kebetulan, ada petugas Satgas Pamtas yang hendak mengembil perbekalan. Jadi, kami turun sama-sama. Total ada 5 orang yang turun. 4 tentara dan saya sendiri,” bebernya.
Berangkat pukul 06.00 dari Malaysia, ia tiba di perkampungan Indonesia yakni Sungai Buloh Kecamatan Ketungau Hulu, pukul 18.00. Menginap semalam di Sungai Buloh, ia kemudian diantar ke Senaning (ibukota Kecamatan Ketungau Hulu-red) tanggal 11 April.
Aso sempat menjalani karantina di Puskesmas Senaning yang lama. Namun, karena ada penolakan masyarakat, Asok dievakuasi ke Dinas Kesehatan Sintang oleh Tim Gugus Tugas COVID-19 Kecamatan Ketungau Hulu, Kamis (16/4). Asok tiba di Dinkes Sintang pukul 23.50. keesokan harinya, yang bersangkutan dirapid tes oleh petugas.